Rabu, 27 April 2011

Urgensi Menguasai Bahasa Arab

    Belajar bahasa Arab memang semestinya menjadi sebuah keharusan yang layak dikuasai oleh umat Islam. Sebab sejak awal mula diturunkan ajaran Islam sampai hari ini, bahasa yang digunakan adalah bahasa arab.   Al-Quran sebagai kitab suci abadi yang menyempurnakan semua kitab suci yang pernah ada, diturunkan dalam bahasa Arab. Rasulullah SAW sebagai nabi akhir zaman yang risalahnya berlaku untuk seluruh manusia di muka bumi sampai akhir zaman, juga berbahasa arab, tanpa pernah diriwayatkan mampu berbahasa selain arab.
   Hadits-hadits nabawi diriwayatkan secara berantai hingga sampai kepada kita melewati masa berabad-abad, juga tertulis dalam bahasa Arab. Bahkan semua kitab yang menjelaskan materi Al-Quran, As-Sunnah serta syariah Islamiyah hasil karya para ulama muslim sedunia sepanjang masa, juga kita warisi dalam bahasa Arab.
   Ketika dakwah Islam memasuki pusat-pusat peradaban dunia dan membangun kejayaannya nan gemilang, bahasa yang digunakan juga bahasa Arab. Kala itu bahasa Arab selain resmi menjadi bahasa pemerintahan, juga menjadi bahasa dunia pendidikan, bahasa ilmu pengetahuan serta bahasa rakyat sehari-hari. Padahal negeri-negeri yang dimasuki Islam itu tadinya bukan negeri Arab.
Bahkan ketika Islam masuk ke Mesir dan para penguasa dan rakyatnya masuk Islam, mereka tidak hanya sekedar memeluk Islam sebagai agama, tetapi mereka belajar bahasa Arab, berbicara dengan bahasa Arab dan melupakan bahasa asli peninggalan nenek moyang mereka. Hanya dalam tempo beberapa tahun saja, tidak satu pun bangsa Mesir yang paham bahasa asli mereka. Semua berbicara dengan bahasa Arab, bahkan hingga hari ini. Padahal Mesir itu bukan negeri Arab dan tidak terletak di jazirah Arab. Mesir terletak di benua Afrika, namun rakyat Mesir keseluruhannya berbicara dalam satu bahasa, yaitu bahasa Arab.
Bila kita amati secara seksama, memang ada kecenderungan bahwa di mana ada masuknya dakwah Islam ke suatu negeri hingga mampu mambangun peradaban besar, pastilah negeri itu berubah bahasanya menjadi bahasa Arab. Bahkan bahasa resmi negara sekaligus bahasa rakyat jelata.
Sebaliknya, negeri-negeri yang kurang sempurna proses Islamisasinya, bisa dengan mudah dikenali dari tidak adanya rakyat yang menggunakan bahasa Arab. Paling jauh hanya sekedar serapan-serapan bahasa saja, seperti bangsa kita ini. Bahasa Indonesia menyerap sangat banyak bahasa Arab ke dalam perbendaharaannya. Begitu banyak kata yang sumbernya dari bahasa Arab, bahkan bisa dikatakan bahwa unsur serapan dari bahasa arab termasuk paling dominan dalam bahasa Indonesia. Namun sayangnya, bangsa ini tidak sempat mampu berbahasa Arab dalam kesehariannya. Apalagi ditambah dengan penjajahan selama ratusan tahun, dimana para penjajah itu memang paham betul bahwa salah satu kekuatan agama Islam adalah pada bahasa Arabnya.
   Bila suatu umat muslimin di muka bumi ini tidak bisa bahasa Arab, artinya mereka pasti tidak paham tiap ayat Al-Quran, tidak paham hadits nabi, tidak mengerti apa yang mereka baca dalam zikir, shalat dan doa. Tidak mengerti syariah Islam dan ajaran-ajarannya secara mendetail. Kecuali bila diterjemahkan terlebih dahulu dan dijelaskan satu persatu oleh sang Ustadz. Dan metode penerjemahan begini tentu saja sangat terbatas keberhasilannya, terlalu lemah dan justru sangat menghambat.

   Jika Kita berkeinginan untuk belajar bahasa Arab dan menguasainya maka itu adalah sebuah keinginan yang teramat mulia, sehingga perlu didukung penuh. Jangan sampai keinginan itu berhenti hanya karena alasan teknis semata.

Empat Dimensi Penguasaan Bahasa Arab
     Dari beberapa sumber yang pernah saya baca, untuk menguasai bahasa Arab itu minimal harus menguasai empat sisi.
1. Fahmul Masmu’
Maksudnya kita harus mampu memahami apa yang kita dengar. Jadi kalau ada orang Arab membacakan berita di TV atau sedang berdialog, kita mampu mengerti.
2. Fahmul Maqru’
Maksudnya kita harus mampu memahami teks yang kita baca. Sehingga buku, kitab, majalah, koran atau teks apapun yang tertulis dalam bahasa Arab, mampu kita pahami.
3. Ta’bir Syafahi
Maksudnya kita mampu menyampaikan isi pikiran kita dalam bahasa Arab secara lisan, dimana orang Arab mampu memahami apa yang kita ucapkan.
4. Ta’bir Tahriri
Maksudnya kita mampu menyampaikan pikiran kita kepada orang Arab dengan bentuk tulisan, dimana orang Arab bisa dengan mudah memahami maksud kita.......( Abu Majid )

Problematika Belajar Bahasa Arab

    Sebelum kita menentukan pilihan pada lembaga mana kita akan percayakan program belajar bahasa arab kita, sebaiknya kita juga belajar dari beberapa pengalaman mereka yang pernah melakukan sebelumnya. Juga tidak ada salahnya kalau kita juga mendengarkan pengalaman mereka, baik telah sukses maupun yang gagal.
Kenyataannya memang harus diakui bahwa tekad kuat untuk belajar bahasa Arab, terutama buat kalangan muda muslim yang tidak pernah mengecap pendidikan pesantren berbahasa Arab, seringkali kandas di tengah jalan.
   Di Bontang belum pernah berdiri ma’had dan lembaga kursus yang mengajarkan bahasa Arab, kecuali Pesantren dan beberapa Masjid seperti Program Bahasa Arab di Masjid Al Furqon BTN ( Pesertanya adalah Karyawan dan Ibu-ibu ). Perlu digarisbawahi bahwa kursus Bahasa arab di Al Furqon bukanlah bertujuan untuk menciptakan para peserta menjadi seorang yang Cas-Cis-Cus atau mahir berbahasa arab. membutuhkan waktu sangat lama untuk menuju kesitu, namun diharapkan kelak peserta mampu memahami dan mampu berbicara dalam konteks pembicaraan sehari-hari (hayyati yauman). Tentu saja sangat berat untuk diharapkan “berhasil”, karena bagi peserta jelas bahwa pekerjaan lebih utama, dan sifat kursus ini juga "kalau sempat", artinya memang tidak ada aturan-aturan yang memberatkan. Dari kelas-kelas terbentuk kebanyakan keberhasilannya berjalan agak terseok-seok, kalau tidak mau dikatakan gagal total. Peserta yang semula 20 orang perkelas, pada akhirnya tinggal separoh atau bahkan kurang dari itu. Tak dipungkiri bahwa alasan klasik adalah kesibukan.  Apalagi sebagai karyawan dengan padatnya aktiftitas dikantor maupun ditempat kerja lainya nya, beberapa peserta yang absen beberapa kali pertemuan kemudian merasa ketinggalan dan kurang PD sehingga enggan untuk bergabung kembali. Beberapa yang masih punya "amunisi" memilih turun pangkat bergabung dengan kelas yang baru, tetapi karena kesibukan dikantor akhirnya kejadian pertama terulang lagi. Padahal sebenarnya hampir tidak ada peserta yang benar-benar bisa hadir setiap saat. Tidak seharusnya kita merasa malu untuk kembali bergabung setelah beberapa lama absen, karena semua sama tak ada yang bisa dikatakan "mahir", apa lagi bagi peserta yang benar-benar belum pernah mengenal bahsa arab. Saya merasa beruntung sekali meskipun diusia yang sudah "menua" begini baru sempat mengenal "sedikit" bahasa Arab, bagi saya pribadi kunci utama hanyalah semangat dan buang jauh-jauh rasa malu, meskipun didalam kelas lebih banyak "diam" dan "senyum" manggut-manggut. 

  Lembaga Kursus Bahasa arab pada umumnya mengalami kendala yang lebih kompleks dibanding apa yang ada di Al Furqon. Pada akhirnya  lembaga kursus  menyelenggarakan pengajaran bahasa dengan cara non-intensif. Kursus diselenggarakan seminggu sekali, atau seminggu dua kali. Sekali pertemuan hanya 2 atau 3 jam saja. Dilihat dari sisi keintensifannya saja, sudah terbayang kegagalannya.
Masalah kurikulum pengajaran pun seringkali malah menjadi faktor penghalang besar. Yaitu ketika para peserta dijejali dengan berbagai macam aturan, rumus, kaidah dan tetek bengeknya, tapi kurang praktek langsung. Bisa jadi secara teori mereka sangat paham, tapi giliran harus menggunakan bahasa itu baik secara lisan, tulisan atau pendengaran, semua jadi berantakan alias gagal total. Kasusnya mirip dengan orang yang belajar berenang secara teoritis, menguasai aturan gaya bebas, gaya kupu-kupu, gaya katak dan lainnya. Tapi giliran masuk kolam, tenggelam dan tidak timbul-timbul lagi. Sungguh menyedihkan memang.
Bahasa adalah Aplikasi
   Tempat belajar suatu bahasa yang paling baik bukan di dalam sebuah lembaga kursus, juga bukan di dalam sebuah kelas. Tempat belajar yang paling baik adalah di tempat dimana semua orang berbicara dan berkomunikasi dengan bahasa tersebut.
Kalau Anda ingin pandai bahasa Jawa, sebaiknya Anda tinggal selama beberapa tahun di Jogjakarta atau di Solo. Terutama di pedesaan dimana masyarakat dengan setia menggunakan bahasa Jawa. Di sana Anda bukan hanya belajar kosa kata jawa, tetapi juga mendengar, melihat, memperhatikan, menirukan, serta beradaptasi secara langsung dengan cara komunikasi orang jawa. Sebab bahasa itu bukan sekedar kosa kata, tetapi termasuk juga tutur bahasa, cara mengungkapkan, cara melafalkan, bahkan termasuk bahasa tubuh, mimik dan intonasi. Dan semua bermula dari mendengar setiap saat ucapan. Pagi, siang, sore dan malam hari yang Anda dengar hanya percakapan orang-orang dalam bahasa Jawa.
Ini adalah cara belajar bahasa yang paling alami, paling mudah dan paling berhasil. Cara ini telah melahirkan jutaan anak-anak berusia 1 tahun hingga 5 tahun yang mahir berbahasa Jawa. Jangan kaget, kalau di Jogja dan Solo, rata-rata anak kecil mahir berbahasa Jawa
Dan jangan kaget juga kalau di Mesir dan negeri Timur Tengah lainnya, anak-anak mahir berbahasa Arab. Kalau anak kecil saja mahir berbahasa Arab, mengapa Anda yang sudah dewasa tidak bisa bahasa Arab?
Kesimpulannya adalah bahwa belajar bahasa itu membutuhkan sebuah komunitas orang-orang yang berkomunikasi dengan bahasa itu. Dimana kita ada di dalamnya dan ikut berinteraksi secara aktif.
Lembaga kursus bahasa Arab yang paling canggih sekalipun, kalau tidak mampu menghadirkan sebuah komunitas berbahasa arab, adalah lembaga yang tidak akan mampu melahirkan lulusan yang mahir berbahasa arab.
Beberapa Contoh
   Beberapa pesantren di negeri kita boleh dibilang lumayan berhasil melahirkan santri yang lumayan bisa berbahasa Arab. Katakanlah pesantren Darussalam Gontor Ponorogo , tempat dimana banyak tokoh nasional kita saat ini pernah belajar. Tapi keberhasilannya memang ditunjang dengan kebehasilan menciptakan komunitas berbahasa arab. Sebab semua santri tinggal di lingkungan pondok sehari 24 jam selama minimal 6 tahun. Yaitu sejak mereka lulus SD hingga mau masuk perguruan tinggi. Dengan resiko hukuman digunduli kalau ketahuan berbicara bahasa Indonesia.
Contoh lain yang boleh dibilang lumayan sukses adalah Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab , yang merupakan sebuah ma’had pengajaran bahasa Arab di bawah naungan Universitas Islam Muhammad ibnu Suud Riyadh. LIPIA berlokasi di Jakarta, namun hampir semua pengajarnyaorang arab atau yang pernah bertahun-tahun kuliah di sana. Sehingga dari segi dzauq bahasa, ada kekuatan tersendiri. Setiap hari para mahasiswa ditenggelamkan dengan komunitas orang Arab betulan, sejak jam 7 pagi hingga jam 12 siang selama 7 tahun. Semua pelajaran disampaikan dengan bahasa Arab, meski tidak ada lagi hukuman gundul buat pelanggarnya.
Salah satu faktor keberhasilannya adalah karena setiap calon mahasiswa yang masuk diseleksi terlebih dahulu dengan sangat ketat. Hanya mereka yang lulus tes tertulis dan lisan dengan bahasa dan orang arab saja yang boleh kuliah disitu. Kalau sudah berhasil diwawancarai oleh orang Arab, bukankah sebenarnya sudah boleh dikatakan bisa berbahasa Arab?
Tapi LIPIA pun sempat merasakan kegagalan ketika membuka kelas non intensif yang hari kuliahnya hanya sore hari, itupun hanya 2 kali seminggu. Akhirnya, program ini dinilai kurang efektif dan tidak memenuhi target, lalu dibubarkan hingga sekarang ini.
Kesimpulan
   Menyimpulkan dari kisah sukses dua contoh lembaga pendidikan di atas, kuncinya adalah:
1. Adanya komunitas berbahasa arab yang tulen dan pekat
2. Masa pendidikan yang intensif, rutin dan padat
3. Waktu belajar yang cukup lama
4. Kemauan keras yang tidak pernah padam
Kunci yang terakhir itu menjadi faktor penentu terakhir, sebab tidak sedikit mereka yang sudah pernah masuk ke lembaga di atas, tetapi akhirnya tidak kuat di tengah jalan, kemudian jalan di tempat, berhenti dan mogok. Kalau keinginan yang dimiliki hanya sekedar semangat di awalnya saja, biasanya memang tidak akan bertahan lama....( Abu Majid )

Senin, 25 April 2011

Dasar-dasar NAHWU ( Bag. 2 )

Nahwu Shorof

diagram nahwu shorof
Nahwu adalah ilmu untuk mengetahui hukum akhir dari suatu kata.

Contoh:

 جَاءَ رَجُلٌ   ـ   رَأَيْتُ رَجُلاً   ـ   مَرَرْتُ بِرَجُلٍ

Shorof adalah ilmu tentang perubahan suatu kata.


Contoh:

نَصَرَ   ـ   نَاصِرٌ   ـ   مَنْصُوْرٌ


Diagram Huruf
A. Huruf  Mabany (Huruf Hijaiyah)
Huruf yang digunakan untuk menyusun suatu kata
Huruf mabany terbagi menjadi 2:

1. Huruf ‘Illah / penyakit
Ada 3 huruf yaitu: ا    و    ي
2. Huruf Shohih
Seluruh huruf hijaiyah selain ا    و    ي
B. Huruf Ma’any
Huruf-huruf yang mempunyai makna
Huruf ma’any terbagi menjagi beberapa macam, diantaranya:
1. Huruf Jer
Huruf yang membuat kata setelahnya secara umum berharokat akhir kasroh.
Diantara huruf-huruf jer adalah:
مِنْ , إِلىَ , عَنْ , عَلىَ , فِى , رُبَّ , بِ , كَ , لِ
2. Huruf Athof
Huruf yang digunakan untuk menghubungkan antara satu kata dengan kata yang lain.
Diantara huruf-huruf athof adalah:
وَ , ثُمَّ , أَوْ


Al-Kalimah (kata) adalah lafaz yang mempunyai makna.
Diagram Kalimah
A. Isim
Kata yang menunjukkan atas suatu makna, dimana kata tersebut  tidak terikat dengan waktu.
Contoh:
كِتَابٌ   ـ   بَيْتٌ   ـ   دِيْنٌ   ـ   بَابٌ   ـ   أسْتَاذٌ   ـ شَجَرَةٌ

B. Fi’il
Kata yang menunjukkan atas suatu makna, dimana kata tersebut terikat dengan waktu.
Contoh:
نَصَرَ   ـ   كَتَبَ   ـ   ضَرَبَ   ـ   جَلَسَ   ـ   قَتَلَ   ـ   أَكَلَ
C. Huruf
Kata yang tidak mempunyai makna yang sempurna kecuali setelah bersambung dengan kata yang lain.
Huruf yang dikategorikan sebagai al-kalimah adalah huruf-huruf ma’any.



Al-Mu'jami 3 ( Kamus - 3 )

Kosa Kata

مفردات العربية تدخل إلى الإندونيسية (القسم الثالث)
1) Kosa kata Bahasa Arab yang masuk ke Bahasa Indonesia (Bagian Ketiga)
العربية
Bahasa Arab
الإندونيسية
Bahasa Indonesia
العربية
Bahasa Arab
الإندونيسية
Bahasa Indonesia
امانة
amanat
فصل
pasal
جنازة
jenazah
اهين
hina
سمين
samin
قضاء
qodo’
يتيم
yatim
مكر
makar
اسمنت
semen
فرمان
firman
طوفان
topan
روح
ruh
قبر
kober
قبور
kubur
قرون
kurun
هبة
hibah
كدر
keder
هجرة
hijrah
حرام
haram
حلال
halal
افضل
afdol
هدية
hadiah
راغ
ragu
فلوس
fulus
لسان
lisan
ايه
eh
انو
anu
جواب
jawab
جنين
janin
ذات
zat
سلسلة
silsilah
وباء
wabah
خط الاستواء
khatulistiwa
ذنوب
junub
عموم
umum
تقدير
takdir
نسب
nasab
حواء
(siti) hawa
وجه
wajah
لمود
lumut
صبر
sabar
حاجة
hajat
بناء
bina
اثبات
isbat
تمّت
tamat
تصوّف
tasawuf
تصبيح
tasbih
طاعون
ta’un
طواف
topan
توكّل
tawakal
تيمّم
tayammum
ترجمة
terjemah
عورة
aurat
استاذ
ustad
ولو
walau
حاصل
hasil
والي
wali
واصية
wasiat
وسيط
wasit
ذكر
zakar
زمزم
zamzam
مرتد
murtad
مستجب
mustajab
رهيب
rahib
رجم
rajam
ركعة
rakaat
رمضان
ramadlon
صلاة
sholat
صليب
salib
تحميد
tahmid
صلوات
shalawat
ثلج
salju
صالح
sholeh
صبح
subuh
صلب
sulbi
سلطان
sultan
تبليغ
tabligh
تخيّل
takhayul
تهليل
tahlil
تحبيس
tahbis
اذن
azan
احكام
ahkam
اهل البيت
ahlul bait
اهل الكتاب
ahlul kitab
اهل النجوم
ahli nujum
اهل القبور
ahli kubur
عيد الفطر
Idul Fitri
عيد الأضحى
Idul Adlha
اجل
ajal
عقد
akad
اقرب
akrab
الماس
almas
آمين
amin
امثل
amsal
عارف
arif
ارواح
arwah
عزلى
ajali
عزم
ajam
عزيمة
ajimat
بحرى
bahari

Al-Mu'jami 2 ( Kamus 2 )

Kosa kata
مفردات العربية تدخل إلى الإندونيسية (القسم الثاني)
1) Kosa kata Bahasa Arab yang masuk ke Bahasa Indonesia (Bagian Kedua)
العربية
Bahasa Arab
الإندونيسية
Bahasa Indonesia
العربية
Bahasa Arab
الإندونيسية
Bahasa Indonesia
مقصود
maksud
سير
(ada) sir
تكبر
takabur
جلد
jilid
ضرورة
darurat
صف
saf
ديوان
dewan
 
 
شك
syak
شريعة
syariat
شهادة
syahadat
سجود
sujud
صفة
sifat
مكروه
makruh
غذاء
gizi
عرش
‘arasy
دفتر
daftar
مؤذن
muazin
اقليم
iklim
تنبت
tumbuh
قطب
kutub
نقل
nukil
نقطة
noktah
وسيلة
wasilah
عادل
adil
فقير
fakir
رضاء
rela
مسكين
miskin
رضى
rido
اخلاص
ikhlas
موسيق
musik
قاموس
kamus
عذر
uzur
بحث
bahas
رسول
rasul
مقام
makam
وجود
wujud
حرف
huruf
طمع
tamak
كلام
kalam
قلب
kalbu
حكم
hukum
آلة
alat
منفقة
manfaat
ميدان
medan
انفاق
infak
قوة
kuat
موت
maut
أخير
akhir
مركز
markas
سهم
saham
تنفس
ber-nafas
طبيعة
tabiat
ماهر
mahir
مثل
misal
المرحوم
almarhum
صدقة
sedekah
علامة
alamat
ميت
mayat
قمل
kumel
جمع
jamak
شيطان
syetan
صالون
salon
ابليس
iblis
قبول
di-kabul-kan
حشيش
hasis
فلك
falak
جنس
jenis
شركة
serikat
انكار
ingkar
اطلس
atlas
بدل
wadal
فجر
fajar
صحراء
sahara
سحر
sihir
مستحق
mustahik
عامل
amil
شهوة
syahwat
فصيح
fasih
شرط
syarat
حقيقي
hakiki
آية
ayat
مشهور
masyhur
عالم
alam
نية
niat
خيلا
villa
عربة
gerobak
ايمان
iman
اساس
asas
اعتقاد
i’tikad
منارة
menara
بلّور
hablur
نكاح
nikah
حسد
hasad
اشارة
isyarat
بدعة
bid’ah
لياقة
layak
شرب
sirop
حياة
hayat
لذيذ
lezat
انسان
insan
صحي
sehat
منفعة
manfaat
عافية
afiat
غيرة
gairah
حق
hak
رعية
rakyat
عنصر
unsur
سورة
surat
وقت
waktu
جزء
juz
جسد
jasad
باطن
batin
جسم
jisim
ذكر
dzikir